Jumat, 07 Desember 2012

Hidup adalah Sebuah Perjalanan

Pada suatu siang, seorang kakak dan adik bersepeda bersama. Sang kakak adalah anak laki-laki berusia 10 tahun, sedangkan adiknya perempuan berusia 7 tahun. Mereka bersepeda sore hari mengelilingi kompleks peru
mahan.
Seperti anak-anak pada umumnya, mereka senang menghabiskan sore dengan kegiatan yang menyenangkan. Saat sudah dua putaran, ayah mereka bergabung dan ikut memutari kompleks perumahan dengan sepeda.

"Ayah, aku sering mendengar bahwa hidup itu sebuah perjalanan. Apa maksudnya?" tanya sang anak laki-laki.
"Iya yah, adek juga sering dengar," tambah si bungsu.

Sang ayah tersenyum, "Baiklah, akan ayah jelaskan," ujarnya sambil terus bersepeda. "Kakak pernah jatuh saat melewati jalan ini?" tanya pria tersebut. Saat sang anak mengangguk, dia mengatakan bahwa pernah jatuh saat tidak tahu ada lubang di jalan yang sedang dilewati, tetapi hanya sekali saja. Sang ayah melanjutkan, "Seperti itulah perjalanan hidup, kamu pernah jatuh saat tidak waspada ada lubang di sana, tetapi tidak apa-apa, pada akhirnya kamu jadi lebih waspada sehingga tidak jatuh lagi karena tahu di mana letak lubang itu,"

Sang anak laki-laki dan anak perempuan mengangguk.
"Adek pernah tersesat waktu pertama kali belajar naik sepeda?" tanya sang ayah. Anak perempuan itu mengangguk, dia bercerita bahwa saat pertama belajar sepeda, dia tidak tahu arah pulang, ada banyak arah penunjuk jalan tetapi tidak tahu mana yang harus dipilih. Sang ayah kembali tersenyum, "Hidup juga demikian, ada banyak pilihan jalan dan tikungan yang harus dipilih. Untuk bisa memilih mana jalan yang sesuai dengan tujuan, kamu tidak bisa memilih sembarangan, karena salah pilih, bisa tersesat," tambahnya.

"Lalu harus bagaimana, yah?" tanya si bungsu.

"Ada beberapa orang yang nekat memilih jalan tanpa tahu kemana jalan itu akan berujung, ada sebagian yang memakai suara hati, karena hati adalah penuntun yang baik, tetapi yang paling utama, penuntun terbaik kita adalah Tuhan. Tuhan sudah punya rambu-rambu jalan mana yang harus kita ambil, jika kamu berada di jalur yang sesuai, maka kamu akan aman hingga sampai ke tempat tujuan," ujar sang ayah.

"Kadang.. ada banyak godaan yang menghadang. Misalnya kita ingin segera pulang ke rumah, berlari-lari agar cepat sampai, tetapi di pinggir jalan banyak penjual makanan yang lezat. Kadang kita memang perlu berhenti sebentar, agar bisa menikmati hidup, selama pilihan itu baik dan tidak merugikan, boleh saja. Kita boleh mampir sebentar ke tukang nasi goreng atau minum es cendol, agar tubuh kembali segar dan bisa berlari lagi. Tidak mau kan pingsan di tengah jalan karena capek berlari sebelum sampai ke tempat tujuan," ujar sang ayah sambil tersenyum.

"Apa kalian sudah mulai paham?" tanyanya.
Kedua anak mengangguk dan tersenyum.
"Mungkin itu dulu yang bisa kalian pahami, nanti kalau usia kalian bertambah, akan ayah ceritakan lagi hal-hal yang lebih berat," janji pria tersebut.

Demikian sebuah perbincangan antara ayah dan anak di sore hari. Semoga bisa menjadi sedikit lentera dalam perjalanan hidup Anda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar