Tak disangka, sebuah gempa bumi datang dan menjatuhkan sebutir telur ke bawah. Beruntunglah telur tersebut tidak pecah dan jatuh di semak-semak dekat dengan peternakan ayam. Seekor induk ayam melihat telur tersebut kemudian membawanya pulang.
Merasa iba, tanpa berpikir panjang
ia mengeraminya. Merawat dan memberikannya kehangatan, dan berharap ia
bisa menetas dengan selamat.
Si telurpun akhirnya menetas. Dan
keluarlah seekor anak elang yang cantik. Namun karena tak menyadari
bahwa dirinya adalah seekor elang, ia menganggap dirinya sebagai ayam.
Sama seperti ibu yang telah menetaskannya, dan teman-teman ayam yang
tinggal bersamanya.
Lambat laun elang itupun beranjak dewasa.
Ia seringkali termenung dan melihat ke angkasa. Langit begitu luas dan
biru. Di sana terdapat burung yang lalu lalang menguasai angkasa, bebas
dan seperti tak punya beban. Ia iri dan cemburu, kemudian berkata pada
ibunya. "Ibu, apakah suatu hari nanti aku bisa terbang bebas seperti
mereka?" Ibu dan teman-temannya hanya menertawakannya. Salah seekor di
antaranya malah berkata, "hei, sadarlah! Kau ini seekor ayam, mana
mungkin kau bisa terbang?"
Perkataan itu terus terngiang di
telinga dan tertancap di benak si elang muda. "Iya juga ya, aku kan
ayam, bagaimana bisa aku terbang seperti mereka."
Demikianlah hingga akhir hayatnya si elang hidup sebagai seekor ayam. Tak pernah mau mencoba mengepakkan sayap dan terbang.
Iya, benar. Si elang hidup seperti halnya ketika Anda punya impian dan
akhirnya mengubur kembali impian tersebut, hanya karena tak ada yang
memberi dukungan. Hanya karena orang di sekitar atau keluarga Anda
meremehkan dan tak punya mimpi yang sama. Anda tak akan pernah bisa
menggapai impian jika Anda tak percaya Anda bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar