Minggu, 04 Agustus 2013

SALAM LEBARAN

Tak terasa waktu kian berputar dan kini kita sudah berada di penghujung Ramadhan. Hari kemenangan sudah di depan mata. Selangkah lagi. Semua insan menyambutnya dengan suka cita. Dalam kebudayaan masyarakat Indonesia, lebaran identik dengan hal yang baru. Pakaian, makanan bahkan perabot rumah juga baru. Dan tentunya satu hal yang tak terlupakan yaitu ucapan. Beribu ucapan bertaburan diberbagai media untuk menyambut suka cita Hari Kemenangan. 

"Minal Aidin Wal Faidzin Mohon Maaf Lahir Batin"

Itulah ucapan yang paling familiar bagi masyarakat Indonesia. Selama ini kita hanya tahu mengucapkannya tetapi kita tak tahu makna yang terkandung didalamnya. Apakah ucapan tersebut sudah benar secara harfiah?

berikut ini kutipan dari beberapa sumber mengenai ucapan tersebut. Baca dan resapi dan temukan makna sebenarnya. Selamat Membaca 

Frasa yang akan banyak diucapkan orang di hari ‘iedul fitri adalah “MINAL AIDIN WAL FAIZIN”. Seringkali frasa berbahasa Arab ini diikuti dengan frasa berbahasa Indonesia : maaf lahir dan batin. 

Orang mengucapkan dua frasa ini biasanya sambil menyorongkan tangan untuk bersalaman. SMS pun akan banyak mengutip frasa ini. Bahkan iklan di media cetak dan televisi juga menampilkan rangkaian kata ini. Seringkali pula tulisan berhuruf latin ini dibikin sedemikian rupa sehingga menyerupai kaligrafi huruf Arab.  Bahkan yang (lebih parah), sebagian aktivis dakwah yg bermodal semangat dan organisasi Islam serta yang diklaim "partai Islami" ikut-ikutan mengucapkan kalimat ini..

Tapi, tahukah Anda bahwa frasa “Minal Aidin Wal Faizin” itu tidak dikenal dalam budaya Arab (terlebih lagi dalam islam) ???

Dalam buku berjudul “Bahasa!” terbitan TEMPO. Di halaman 177 buku ini, Qaris Tajudin mengungkapkan bahwa memang frasa Minal Aidin Wal Faizin“ berasal dari bahasa Arab, bahasa yang banyak menyumbang istilah keagamaan di Indonesia, baik agama Islam maupun Kristen.

”Qaris mengatakan bahwa selain tidak dikenal dalam budaya Arab, frasa Minal Aidin Wal Faizin juga hanya dapat dimengerti oleh orang Indonesia. Frasa ini bisa ditemui dalam kamus bahasa Indonesia, tapi tidak ditemukan dalam kamus bahasa Arab, kecuali dalam lema kata per kata..

Lalu, apa arti Minal Aidin Wal Faizin ???

Terjemahan frasa ini adalah : Dari orang yang kembali dan orang-orang yang menang..

Mungkin maksud lengkapnya adalah : " Semoga Anda termasuk orang-orang yang kembali (ke jalan Tuhan) dan termasuk orang yang menang (melawan hawa nafsu) "

Ternyata, adalah kesalahan besar jika kita mengartikan Minal Aidin Wal Faizin dengan “mohon maaf lahir dan batin”

[Dikutip dari : jalansutera.com dan ibnuabbaskendari.wordpress.com]

Sudahkah kita mengucapkannya dengan dengan Ilmu, atau hanya ikut ikutan ???

Mungkin pertanyaan ini yang harus kita garis bawahi dicatatan terakhir sesi Ramadhan ini.. Mari kita lihat dengan seksama, dari mana kata ini berawal. Mari kita telaah bersama beberapa riwayat yang telah menyinggung tatacara ucapan selamat di hari raya ini..

Jubair bin Nufair berkata :

“Para sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bila bertemu pada hari raya, maka berkata sebagian mereka kepada yang lainnya : Taqabbalallahu minnaa wa minka (Semoga Allah menerima dari kami dan darimu)”. (Al Hafidh Ibnu Hajar dalamFathul Bari [2/446] Dalam 'Al Mahamiliyat' dengan Isnad yang Hasan)

Muhammad bin Ziyad berkata :

“Aku pernah bersama Abu Umamah Al Bahili dan selainnya dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Mereka bila kembali dari shalat Ied berkata sebagiannya kepada sebagian yang lain : 'Taqabbalallahu minnaa wa minka” (Ibnu Qudamah dalam “Al-Mughni” (2/259)

Imam Ahmad menyatakan bahwa ini adalah “Isnad hadits Abu Umamah yang Jayyid/Baik.

Beliau menambahkan : “Aku tidak pernah memulai mengucapkan selamat kepada seorangpun, namun bila ada orang yang mendahuluiku mengucapkannya maka aku menjawabnya. Yang demikian itu karena menjawab ucapan selamat bukanlah sunnah yang diperintahkan dan tidak pula dilarang. Barangsiapa mengerjakannya maka baginya ada contoh dan siapa yang meninggalkannya baginya juga ada contoh, wallahu a’lam.” [Al Jauharun Naqi 3/320. Suyuthi dalam 'Al-Hawi: (1/81) : Isnadnya hasan].

Lalu.. Kenapa Minal Aidzin Wal faidzin ???

Pada perkembangannya, berjuta juta masyarakat Indonesia dan media media Televisi sering memperdengar kata ini digandengkan dengan kata 'Mohon maaf lahir batin'..
Sehingga kurang lebih diucapkan seperti kalimat berikut :

“MINAL AIDIN WAL FAIZIN - MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN”,

Sehingga lahirlah kesan bahwa "Minal Aidin Wal Faizin" itu berarti "Mohon Maaf Lahir dan Batin.."Benarkah begitu ???

Mari kita perhatikan dan analisa bersama..

Jika dua frase itu diartikan secara menyeluruh, dalam bahasa indonesia yang benar artinya adalah :

“Termasuk dari orang orang yang kembali sebagai orang yang menang - Mohon maaf lahir dan Batin”.

Sebuah kalimat yang tidak utuh.. Karena dengan demikian, artinya tidak jelas..

Dibilang do'a bukan (karena tidak lengkap), dan dibilang salam juga bukan smile

Lucu bukan ??

Mari kita perhatikan penerjemahan makna kalimat Minal Aidin Wal Faizin berikut :

Min, artinya “Termasuk”.
Al-aidin, artinya ”Orang-orang yang kembali”
Wa, artinya “Dan”
Al-faidzin, artinya “Menang”

Jadi makna "Minal Aidin Wal Faizin" jika dipaksakan artinya, kedalam kaidah bahasa Arab - Indonesia yang benar adalah : “Termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan ramadhan) sebagai orang yang menang”.

Artinya mengambang bukan ??

Nah, lalu apa solusi dari kurangnya pemahaman bahasa diatas ??

Ini untuk menambah khasanah ilmu kita saja.. Agar nanti, jangan sampai terjadi ketika adik adik kita bertanya artinya lalu kita tidak tahu. Dalam keseharian orang orang Arab, salam yang mereka ucapkan dihari raya ini adalah

"Kullu aam wa antum bikhair" (Semoga kebaikan menyertaimu sepanjang tahun) atau sering juga terdengar kalimat "Taqabbalallahu minna waminkum"

Kalimat "Taqabbalallahu minna wa minkum" ini memang kalimat terbaik yang dicontohkan oleh Sahabat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian ucapan ini ditambahkan oleh para sahabat dengan kata-kata :

"Shiyamana wa Shiyamakum"

Yang artinya : "Puasaku dan puasamu"

Sehingga kalimat lengkapnya menjadi :

"Taqabbalallahuminna wa minkum,Shiyamana wa Shiyamakum"

Semoga kalimat minal aidzin wal faidzin ini tidak termasuk bid'ah. Jika kita berniat ingin saling mendoakan sesama saudara seiman dengan motivasi mengucapkan kata tersebut untuk sebuah doa dan ucapan selamat maka tidak ada keharaman, Insya Allah..

Tapi selayaknyalah sebagai muslim yang terpelajar, kita seharusnya mengucapkan segala sesuatu itu dengan ilmunya. Agar ketika nanti ucapan itu ditiru akan menjadi kebaikan, bukan sesuatu yang tidak ada contohnya apalagi artinya mengambang..

Jikapun lidah kita telah latah dengan kalimat itu, dan ingin tetap mengucapkan "Minal Aidzin" maka lebih baik jika kalimatnya diserasikan..

"Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Ja’alanallaahu minal aidin wal faizin"

Artinya : " Semoga Allah menerima amal-amal kami dan kamu, puasa kami dan kamu. Dan semoga Allah menjadikan kami dan kamu termasuk dari orang-orang yang kembali (dari perjuangan Ramadhan) sebagai orang yang menang "

" Ja’alanallaahu " Berarti : "Semoga Allah menjadikan kita" Ini sebagai tambahan untuk melengkapi, Minal aidin wal faizin yang mengambang tadi..

Sekedar tambahan, bagaimana jika kita ingin mengucapkan “mohon maaf lahir dan batin” dalam bahasa Arab yang benar ???

Salah satunya adalah : “Asalukal afwan zahiran wa bathinan”

Sekali lagi bukan Minal Aidin wal Faizin, karena kata ini bukan berarti kalimat permintaan maaf. Mungkin hanya sebuah do'a yang tidak utuh..

Demikian, mohon koreksinya jika kesalahan.. Wallahu Ta'ala A'lam..

Akhir kata.. Dengan ini saya pribadi, sekaligus juga mengucapkan : Selamat menyongsong hari raya Idul Fitri..

"Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum. Ja’alanallahu minal aidin wal faizin"

"Semoga Allah menerima amal-amal kita, Dan semoga Allah menjadikan kita termasuk dari orang-orang yang kembali dari perjuangan Ramadhan sebagai orang yang menang"

Mari kita juga memohon kepada Dzat Allah Azza wa jalla,
Semoga kita dianugerahi untuk menikmati Ramadhan tahun tahun berikutnya dengan rizki dan kebarokahannya. Aamiin.

[Diringkas dan diedit seperlunya dari Note Al Akh Nuruddin Al-Indunissy Hafidzahullah]